Dilansirdari Encyclopedia Britannica, pengerahan tenaga rakyat yang sangat menyengsarakan yang dilakukan pemerintah pendukung jepang disebut sekeret. Kemudian, saya sangat menyarankan anda untuk membaca pertanyaan selanjutnya yaitu Pelaksanaan Tanam Paksa telah menghancurkan perekonomian Indonesia dan merupakan beban berat karena?
Dilansirdari Encyclopedia Britannica, pengerahan tenaga rakyat yang sangat menyengsarakan yang dilakukan pemerintah pendudukan jepang disebut romusha. Kemudian, saya sangat menyarankan anda untuk membaca pertanyaan selanjutnya yaitu Karena Gerakan 3A tidak mendapatkan hasil seperti yang diharapkan,
Wujudkomitmen itu, salah satunya ditunjukan dengan memberikan kesempatan 'unjuk gigi' bagi pelaku UMKM dalam ajang Pesta Rakyat Simpedes (PRS) di Lapangan Galuh Mas, Karawang, Jawa Barat, pada 5-7 Agustus 2022. Acara dilaksanakan dengan menerapkan standar protokol kesehatan yang berlaku.
TRIBUNMANADOCO.ID - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat, Nancy Pelosi, dikabarkan akan mengunjungi Taiwan. Nancy Pelosi diperkirakan tiba di Taiwan pada Selasa
Vay Tiền Nhanh Ggads. Sejak Sistem Tanam Paksa, tenaga kerja merupakan hal yang sangat penting, untuk itu tenaga kerja rakyat diperlukan untuk penanaman, penggarapan, pemanenan, pengangkutan dan pengolahan di pusat-pusat pengolahan atau Proses pengerahan tenaga kerja mendorong pemerintah kolonial untuk menjalin hubungan dengan para pejabat pribumi lewat ikatan tradisionalnya. Melalui ikatan tradisional pribumi, pemerintah memperoleh tenaga kerja yang diperlukan. Maka, para pejabat pribumi mulai melibatkan keluarga-keluarga petani untuk dijadikan sebagai tenaga kerja Tabel dan Tabel Oleh karena itu, Sistem Tanam Paksa menyentuh unsur tenaga kerja dari kehidupan masyarakat agraris pedesaan 208 Rikardo, hlm. 125-128. 209 Sartono Kartodirdjo & Djoko Suryo, Hlm 67 210 Ong Hok Ham, Dari Soal Priyayi sampai Nyi Blorong ; Refleksi Historis Nusantara, Tabel Keterlibatan keluarga dalam Sistem Tanam Paksa Wilayah Sistem Tanam Paksa Permulaan Pertengahan Akhir Seluruh Jawa 1,13 1,14 1,14 Bagelen 0,9 1,0 2,0 Semarang 1,5 1,6 2,8 Surabaya 1,7 1,5 1,4 Cirebon 1,0 1,5 2,0 Sumber Robert Van Niel, Sistem Tanam Paksa Di Jawa, Jakarta, LP3ES, hlm. 94 Untuk kasus tertentu yaitu sekitar tahun 1840-an dikerahkan 400-500 ribu keluarga sebagai tenaga kerja untuk penanaman dan perawatan tanaman kopi sekitar 200 juta pohon di Jawa211 dan pemerintah pada tahun 1858 memerlukan tenaga kerja untuk menanam tanaman ekspor, seperti penanaman kopi, tebu dan nila dibutuhkan berturut-turut dan orang Sedangkan untuk karesidenan yang menerapkan Sistem Tanam Paksa, banyak terjadi kenaikan dan penurunan persentase keterlibatan penduduk dalam pelaksanaan Sistem Tanam Paksa khusus semua tanaman ekspor. Keadaan ini dapat dijelaskan oleh keadaan daerah masing-masing, yaitu seberapa besar jumlah penanaman tanaman ekspor di daerahnya serta perbedaan kondisi setempat terhadap kecocokan penanaman jenis tanaman yang ditentukan Tabel . Jika daerah yang bersangkutan memiliki lahan yang luas, maka akan dibutuhkan tenaga kerja yang sangat besar untuk mengurus dan mengolah tanaman itu. Misal, terjadi di karesidenan Banten pada tahun 1837, kebutuhan tenaga kerja penduduk sekitar 76%, sedangkan pada tahun 1840, kebutuhan tenaga kerja sekitar 92%, dan pada tahun 1845, sekitar 48%. Ini dapat diketahui, kalau Sistem Tanam Paksa 211 Robert Van Niel, hlm. 91-92. 212 membutuhkan tenaga kerja selalu mengalami peningkatan dan penurunan yang disebabkan oleh jumlah penanaman tanaman ekspor serta kecocokan penanaman jenis tanaman yang ditentukan Tabel Pengerahan tenaga kerja rakyat ini terbagi atas tiga macam pelayanan yaitu “ kerja wajib umum “ heerendiensten, “ kerja wajib pancen “ pancen diesten, dan “ kerja wajib garap penanaman “ cultuurdiensten213. Kerja wajib umum, mencakup pelayanan kerja untuk umum, seperti pembuatan atau perbaikan jalan jalan-jalan untuk distribusi hasil perkebunan, misal memperbaiki jalan yang dibuat Daendels sekaligus sebagai sarana penyaluran hasil produksi dari lahan perkebunan ke pabrik-pabrik, pembuatan bangunan gedung perkantoran dan penjagaan tawanan. Kerja wajib pancen layanan pribadi, menyangkut tugas pelayanan kerja pertanian di tanah milik para kepala-kepala pribumi. Kerja wajib garap penanaman, menyangkut pengerahan tenaga kerja untuk mengerjakan pembuatan lahan perkebunan membuka lahan, pembuatan dan perbaikan irigasi untuk perkebunan, kegiatan penanaman, pengangkutan hasil panen ke tempat penimbunan kopi,nila atau ke pabrik pengolahan tebu dan kerja lain di perkebunan 213 Sartono Kartodirdjo & Djoko Suryo hlm. 59. 214 Tabel Keterlibatan penduduk pedesaan dalam pelaksanaan Sistem Tanam Paksa di Jawa periode 1837-1845215 Karesidenan Persentase keterlibatan penduduk dalam Persentase penggunaan tanah untuk penanaman kecuali kopi Seluruh tanaman pemerintah Seluruh tanaman pemerintah kecuali kopi 1837 1840 1845 1837 1840 1845 1837 1840 1845 Banten 76 92 48 2 20 25 2 4 7 Priangan 86 65 67 2 9 9 3 2 2 Krawang 25 42 37 25 42 37 - - - Cirebon 73 69 54 55 49 36 11 11 8 Tegal 51 44 36 35 28 23 7 6 10 Pekalongan 57 59 55 37 46 40 13 15 12 Semarang 35 30 25 5 5 10 6 1 2 Jepara 37 35 35 16 24 25 3 5 6 Rembang 35 31 25 5 14 21 0,5 1 2 Surabaya 29 32 33 28 31 31 3 3 4 Pasuruan 77 59 64 54 31 33 13 11 12 Besuki 40 47 54 12 19 24 4 6 7 Pacitan 60 72 63 22 - - - - - Kedu 86 79 97 6 1 6 5 2 1 Bagelan 35 81 62 23 54 43 6 15 11 Banyumas 77 68 74 35 33 36 12 12 9 Kediri 59 61 61 24 23 19 7 6 4 Madiun 60 59 51 26 23 23 4 5 4 Seluruh Jawa 54 57 53 20 25 25 4 6 6 Pengerahan tenaga kerja itu dilakukan dengan kontrak216 “walaupun pada kenyataannya dilakukan tekanan-tekanan yang halus oleh keompok elite supradesa atau secara paksa” . Kontrak-kontrak ini dibebankan di atas pundak penduduk. Pekerjaan yang dilakukan oleh penduduk di lahan dan di pabrik ternyata lebih besar ketimbang yang dapat ditangani oleh tenaga kerja yang 215 Djoko Suryo, 1989, Sejarah Sosial Pedesaan Karesidenan Semarang 1830-1900, Yogyakarta Pusat Antar Universitas Studi Sosial Universitas Gadjah Mada, hlm 23 dalam Sartono Kartodirdjo & Djoko Suryo, Sejarah Perkebunan di Indonesia, Yogyakarta Aditya Media, 1994, hlm. 58. 216 tersedia, sehingga waktu kerja setiap individu Dengan waktu yang berlipat ganda, maka keluarga-keluarga Jawa dipaksa untuk mempunyai lebih banyak anak. Tambahan anak memungkinkan tersedianya tenaga kerja untuk mengolah tanah dan penyambung nafkah hidup, sementara tenaga lainnya dapat menjalankan kerja paksa yang diharuskan oleh Sistem Tanam Selain itu, pembukaan lahan untuk perkebunan serta pertumbuhan produksi, mendorong munculnya tenaga kerja yang ahli dalam kegiatan-kegiatan non-pertanian yang berkaitan dengan perkebunan dan perpabrikan dan daerah Menurut van den Bosch pengerahan tenaga kerja secara besar-besaran dapat berjalan dan penanaman hasil untuk ekspor pemerintah terjamin. Lagi pula rakyat memperoleh hasil lebih banyak dengan mengeluarkan tenaga kurang dari sistem Namun, maksud van den Bosch dalam mengerahkan tenaga kerja tidak jarang melampui batas-batasnya, seperti rakyat disuruh pergi jauh dari desanya untuk mengerjakan penanaman indigo selama berbulan-bulan, juga untuk menanam kopi di daerah yang baru Untuk tanaman kopi sering kali terjadi kesewenang-wenangan dalam hal meningkatkan jumlah tanaman kopi, sehingga setiap rumah tangga harus menangani sekitar 250 menjadi 217 Robert Van Niel, 60. 218 Benjamin White, “Demand For Labor and Population Growth in Colonial Java”, “Huma Ecology Vol. 1,3 1973 217 lihat juga Daniel Chirot, Social Change in The Modern Era, New York, Chicago Harcourt Brace Jovanivick, Publishers, 1986, h. 174. Dalam Erman Rajagukguk, Indonesia Hukum Tanah di Zaman Penjajahan tidak diterbitkan. 219 Ricklefs, M. C, hlm. 265. 220 Sartono Kartodirdjo, hlm. 306. 221 ibid, hlm. 312. 222 Jadi, proporsi jumlah kaum tani yang dilibatkan dalam pelayanan kerja paksa sangat besar dilihat dari jumlah seluruh penduduk Tabel perbandingan yang luar biasa besar mengingat tanah desa yang digunakan oleh Sistem Tanam Paksa amat terbatas akan tetapi 65-75 persen dari rumah tangga tani di Jawa terlibat dalam penanaman C. Pertumbuhan dan Penurunan Jumlah Penduduk Jawa
Jakarta - Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan salah satu materi yang diujikan dalam Penilaian Tengah Semester PTS. Untuk siswa kelas 8 semester 2, bisa berlatih latihan soal di kelas 8 semester 2 menurut Buku Kelas 8 IPS oleh Kemdikbud hanya terdiri dari dua bab, yaitu Interaksi Sosial Terhadap Kehidupan Bangsa dan ASEAN. Agar tidak tergesa-gesa, siswa bisa mempersiapkan materi dari jauh mempelajari materi, siswa juga bisa mencoba latihan soal untuk menguji kemampuan. Nah, coba berlatih dengan contoh soal PTS IPS kelas 8 semester 2 di bawah ini, yuk!1. Indonesia merupakan negara dengan kekayaan laut yang begitu besar. Pemaksimalan potensi laut dapat dilakukan dengan . . . .a. memanfaatkan sumber daya laut secara massal dengan berbagai carab. memberikan pelatihan kepada masyarakat tentang cara-cara memanfaatkan sumber daya laut dengan cara yang bijaksanac. menjual sumber daya laut pada pihak asing karena mereka memiliki alat yang lebih canggihd. membiarkan saja supaya sumber daya tersebut dapat berkembang dan terus berkembangJawaban Berikut yang bukan upaya meningkatkan ekonomi maritim di Indonesia adalah . . . .a. mengenalkan batas-batas laut Indonesia kepada nelayanb. meningkatkan kualitas SDM oleh pemerintahc. memberikan kebebasan kepada kapal asingd. memberi bantuan untuk nelayan miskinJawaban Rumah tangga konsumen yang menyerahkan faktor produksi berupa kompetensi kewirausahaan kepada pihak produsen akan memperoleh imbalan berupa . . . .a. sewab. bungac. keuntungand. gajiJawaban Redistribusi pendapatan dilakukan sebagai salah satu bentuk berupa . . . .a. jaminan sosial yang dilakukan negara kepada masyarakatb. pembagian pendapatan nasionalc. pengalokasian pajak kepada penduduk miskind. pemberian subsidi kepada seluruh masyarakatJawaban Pelaku ekonomi dalam suatu perekonomian terdiri atas . . . .a. Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Swasta, dan Koperasib. Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Swasta, Badan Usaha Milik Daerah, dan Koperasic. rumah tangga keluarga, rumah tangga perusahaan, rumah tangga pemerintah, dan rumah tangga luar negerid. rumah tangga konsumen, rumah tangga produsen, distributor, dan pemerintahJawaban Berikut ini yang bukan tujuan pembangunan kelautan adalah . . . .a. pertumbuhan ekonomi tinggi secara berkelanjutanb. menjadikan laut satu-satunya sumber pendapatan nasionalc. terpeliharanya kelestarian lingkungan dan sumber daya kelautand. menjadikan laut sebagai pemersatu dan tegaknya kedaulatan bangsaJawaban Tiga peran penting rumah tangga pemerintah adalah sebagai . . . .a. regulator, konsumen, dan produsenb. konsumen, produsen, dan pemungut pajakc. motivator, fasilitator, dan regulatord. perencana, pelaksana, dan pengawasJawaban Pengalokasian kembali pendapatan yang menunjuk pada transfer uang dari orang kaya ke orang miskin disebut dengan . . . .a. redistribusi vertikalb. redistribusi horizontalc. redistribusi jaminan aksesd. redistribusi kredit lunakJawaban Berikut ini yang bukan ruang lingkup perdagangan antarnegara adalah . . . .a. perpindahan barang dan jasa dari suatu negara ke negara yang lainb. perpindahan modal melalui investasi asing dari luar negeri ke dalam negeric. perpindahan tenaga kerja dari suatu negara ke negara laind. perpindahan data tentang pangsa pasar dari luar negeriJawaban Berikut ini yang bukan faktor yang memengaruhi ekspor baik dari dalam ataupun luar negeri adalah . . . .a. keadaan pasar luar negerib. keuletan eksportir untuk menangkap peluang pasarc. keuletan importir untuk memenangi pangsa pasard. kondisi sosial, ekonomi, dan politik suatu negaraJawaban Tanah adalah milik negara, maka rakyat harus menyewa tanah kepada negara. Hal inilah yang melatarbelakangi sistem sewa tanah pada masa pemerintahan . . . .a. Daendelsb. Rafllesc. Janssend. Lord MintoJawaban Pelaksanaan Tanam Paksa telah menghancurkan perekonomian Indonesia dan merupakan beban yang berat karena . . . .a. rakyat dipaksa menyerahkan 1/5 tanah pertanian pada Belandab. rakyat tidak punya waktu lagi mengerjakan tanah pertaniannya untuk memenuhi kebutuhannya sendiric. dalam praktiknya tanah yang harus ditanami tanaman industri hampir 2/3 dari tanah yang terbaikd. selain menanami 1/5 tanaman, wajib juga harus menyerahkan 1/5 dari hari kerjanyaJawaban Pelaksanaan Politik Etis yang paling dirasakan dalam pergerakan nasional bangsa Indonesia adalah . . . .a. pendidikan dengan munculnya golongan terpelajarb. irigasi telah memajukan pertanian khususnya di Jawac. perpindahan penduduk telah mengangkat kesejahteraan kaum miskind. kemajuan ekonomi akibat politik kolonial liberalJawaban Perlawanan rakyat di berbagai daerah seperti Perang Padri, Perang Diponegoro, Perang Banjar, dan sebagainya pada masa penjajahan gagal mengusir penjajah dari Indonesia. Berikut yang merupakan penyebab kegagalan perjuangan pada masa tersebut yaitu . . . .a. tujuan tidak jelas, bersifat kedaerahan, kalah persenjataanb. tergantung pada satu pemimpin, mengandalkan kekuatan fisik, bersifat kedaerahanc. kalah persenjataan, pemimpin tidak berpendidikan tinggi, semangat perjuangan lemahd. tidak memiliki komandan perang yang baik, tergantung pada satu pemimpin, kalah persenjataanJawaban Berikut ini yang bukan karakteristik perjuangan bangsa Indonesia sebelum abad XX, adalah . . . .a. tidak tergantung pada satu pemimpinb. menggunakan persenjataan tradisionalc. bersifat lokal, kedaerahand. kurang menggunakan siasat perjuangan diplomasiJawaban Serikat Islam asal mulanya adalah dari Serikat Dagang Islam, yang didirikan oleh pedagang Batik di Solo yang bernama . . . .a. Haji Samanhudib. Haji Misbachc. KH Ahmad Dahland. KH Hasyim AsyariJawaban Perhatikan beberapa putusan di bawah Menetapkan Ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober Menetapkan presiden dan wakil Menetapkan lagu Indonesia Raya ciptaan WR Supratman sebagai lagu Menetapkan bendera merah putih sebagai lambang negara termasuk putusan Kongres Sumpah Pemuda adalah . . . .a. 1, 2, dan 3b. 2, 3, dan 4c. 2, 3, dan 5d. 2, 4, dan 5Jawaban Perjuangan Kemerdekaan Indonesia ditandai dengan era kebangkitan nasional. Kebangkitan nasional yang dimaksud adalah . . . .a. dinyanyikannya lagu Indonesia Raya oleh para pemudab. kesadaran untuk membentuk pergerakan nasionalc. munculnya organisasi kedaerahand. perang melawan penjajahJawaban Pengerahan tenaga rakyat yang sangat menyengsarakan yang dilakukan pemerintah pendudukan Jepang disebut . . . .a. sekereib. oshamu seireic. romushad. rodiJawaban Karena Gerakan 3A tidak mendapatkan hasil seperti yang diharapkan, sebagai gantinya pemerintah pendudukan Jepang mendirikan . . . .a. Keibodanb. PETAc. PUTERAd. Jawa HokokaiJawaban contoh soal PTS IPS kelas 8 semester 2. Selamat belajar, detikers! Simak Video "Google Sediakan 11 Ribu Beasiswa Pelatihan untuk Bangun Talenta Digital" [GambasVideo 20detik] nir/pal
Ternyata Indonesia kita tercinta ini sangat menarik bagi Jepang. Mengapa ya? karena sumber daya alam Indonesia sangatlah melimpah. Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, diterapkan konsep “Ekonomi perang”. Artinya, semua kekuatan ekonomi di Indonesia digali untuk menopang kegiatan perang. Kamu tahu kan jika sebelum memasuki PD 2, Jepang sudah berkembang menjadi negara industri dan sekaligus menjadi kelompok negara imperialis di Asia. Sehingga Jepang mendapat julukan “Macannya Asia”, oleh karena itu berbagai upaya dilakukan untuk memperluas wilayahnya. Sasaran utamanya antara lain Korea dan Indonesia. Jepang telah merancang bahwa ke depannya, Indonesia akan menjadi tempat penjualan produk-produk industrinya. Jepang mengambil kebijakan dalam bidang ekonomi yang sering disebut self help. Hasil perekonomian di Indonesia dijadikan modal untuk mencukupi kebutuhan pemerintahan Jepang yang sedang berkuasa di Indonesia. Kebijakan Jepang itu juga sering disebut dengan Ekonomi Perang. Untuk lebih jelasnya perlu dilihat bagaimana tindakan-tindakan Jepang dalam bidang ekonomi di Indonesia. Ekonomi uang yang pernah dikembangkan masa pemerintahan Belanda tidak lagi populer. Bagi Jepang hasil perkebunan tidak menjadi perhatiannya dalam mencukupi kebutuhan ekonomi perang oleh karena itu hasil perkebunan Indonesia sangat menurun, Jepang memusatkan perhatiannya pada hasil pertanian utamanya padi, dan juga tanaman jarak sangat dibutuhkan karena dapat digunakan sebagai minyak pelumas mesin-mesin. Untuk kepentingan penambahan lahan pertanian ini, Jepang melakukan penebangan hutan secara liar dan besar-besaran. Di Pulau Jawa dilakukan penebangan hutan secara liar sekitar hektar. Penebangan hutan secara liar dan berlebihan tersebut mengakibatkan hutan menjadi gundul, sehingga timbullah erosi dan banjir pada musim penghujan. Penebangan hutan secara liar tersebut juga berdampak pada berkurangnya sumber mata air. Dengan demikian, sekalipun tanah pertanian semakin luas, tetapi kebutuhan pangan tetap tidak tercukupi. “Nah sekarang bagaimana pendapat kamu tentang kebijakan Jepang tentang penebangan hutan secara besar-besaran untuk membuka lahan pertanian sebagai paya menambah bahan pangan?”. Gambar Pengerahan Padi Masa Pendudukan Jepang Untuk pemenuhan ekonomi perang di bidang pertanian Jepang mengeluarkan kebijakan antara lain Padi berada langsung di bawah pengawasan pemerintah Jepang. Produksi, pungutan dan penyaluran padi serta menentukan harganya. Dalam kaitan ini Jepang telah membentuk badan yang diberi nama Shokuryo Konri Zimusyo Kantor Pengelolaan Pangan yang menentukan harga padi, pengatur produksi, dan panen. Penggilingan padi dilakukan dibawah pengawasan Jepang Hasil panen petani diserahkan sebesar pemerintah Jepang sebesar 40% dan 30 % untuk persiapan pembelian bibit dan lumbung desa, sisanya 40% untuk petani Selama pendudukan Jepang. kehidupan petani semakin merosot. Mereka tidak bisa menikmati hasil jerih payahnya sebagai petani. Karena hasil pertaniannya harus dijual dengan harga yang sudah ditentukan Jepang sehingga kehidupannya menjadi semakin menderita. Dengan diterapkannya kebijakan ekonomi perang itu, ekonomi uang yang pernah dikembangkan masa pemerintahan Hindia Belanda tidak begitu populer. Javache Bank dilikuidasi dibentuklah Nanpo Kaihatsu Ginko yang melanjutkan tugas dari pemerintah pendudukan Jepang dalam mengedarkan invansion money yang dicetak di Jepang dalam tujuh denominasi, mulai dari satu hingga sepuluh gulden. Uang Belanda kemudian digantikan oleh uang Jepang. Kehidupan Pendidikan dan Kebudayaan di Indonesia Pada Masa Jepang Sistem p18endidikan Indonesia pada masa pendudukan Jepang berbeda dengan masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, semua kalangan dapat mengakses 18pendidikan, sedangkan masa Hindia-Belanda, hanya kalangan atas bangsawan saja yang dapat mengakses. Akan tetapi, pendidikan yang dibangun oleh Jepang itu memfokuskan pada kebutuhan perang, sehingga pendidikan di Indonesia sangat merosot. Gambar Suasana Sekolah Rakyat Masa Pendudukan Jepang Jumlah sekolah dasar menurun dari menjadi buah. Sekolah lanjutan menurun dari 850 menjadi 20 buah. Kegiatan perguruan tinggi boleh dikatakan macet. Jumlah murid sekolah dasar menurun 30% dan jumlah siswa sekolah lanjutan merosot sampai 90%. Begitu juga tenaga pengajarnya mengalami penurunan secara signifikan. Muatan kurikulum yang diajarkan juga dibatasi. Mata pelajaran Bahasa Indonesia dijadikan mata pelajaran utama, sekaligus sebagai bahasa pengantar. Kemudian, Bahasa Jepang menjadi mata pelajaran wajib di sekolah. Akibat keputusan pemerintah Jepang tersebut, membuat angka buta huruf menjadi meningkat. Oleh karena itu, pemuda Indonesia mengadakan program pemberantasan buta huruf yang dipelopori oleh Putera. Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa kondisi pendidikan di Indonesia pada masa pendudukan Jepang mengalami kemunduran. Kemunduran pendidikan itu juga berkaitan dengan kebijakan pemerintah Jepang yang lebih berorientasi pada kemiliteran untuk kepentingan pertahanan Indonesia dibandingkan pendidikan. Banyak anak usia sekolah yang harus masuk organisasi semimiliter sehingga banyak anak yang meninggalkan bangku sekolah. Bagi Jepang, pelaksanaan pendidikan bagi rakyat Indonesia bukan untuk membuat pandai, tetapi dalam rangka untuk pembentukan kaderkader yang memelopori program Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Oleh karena itu, sekolah selalu menjadi tempat indoktrinasi kejepangan Kejamnya Romusha Masa Pendudukan Jepang Kamu tahu apa yang dimaksud dengan romusha? Bagi kalian yang belum tahu romusha adalah pengerahan tenaga kerja paksa pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Banyak dari rakyat Indonesa yang dikirim ke luar pulau Jawa untuk bekerja membantu perekonomian Jepang dan dikirim ke luar negeri untuk membantu Jepang menjadi kacung atau pembantu bagi tentara Jepang di peperangan. Karena romusha ini banyak dari orang-orang Indonesia yang mati kelaparan bahkan dipenggal kepalanya karena malas-malasan padahal yang terjadi adalah mereka para pekerja kelelahan karena tidak diberi makan. Terkait romusha, presiden Soekarno melontarkan beberapa pernyataan “Sesungguhnya akulah yang mengirim mereka untuk kerja paksa. Ya, akulah orangnya. Aku menyuruh mereka berlayar menuju kematian. Ya, ya, ya, akulah orangnya. Aku membuat pernyataan untuk menyokong pengerahan romusha. Aku bergambar dekat Bogor dengan topi di kepala dan cangkul di tangan untuk menunjukkan betapa mudah dan enaknya menjadi seorang romusha…” “…Aku melakukan perjalanan ke Banten untuk menyaksikan tulang-tulang kerangka hidup yang menimbulkan belas, membudak di garis belakang, jauh di dalam tambang batu bara dan emas. Mengerikan. Ini membuat hati di dalam seperti diremuk-remuk. Gambar Kondisi Tenaga Romusha Masa Jepang Bagaimana perasaan kamu ketika melihat bangsamu dengan kondisi seperti gambar diatas? Bagai peribahasa sudah jatuh ketimpa tangga pula, penderitaan rakyat ini semakin dirasakan dengan adanya kebijakan untuk pengerahan tenaga romusha. Perlu diketahui bahwa untuk menopang Perang Asia Timur Raya, Jepang mengerahkan semua tenaga kerja dari Indonesia. Tenaga kerja inilah yang kemudian kita kenal dengan romusha. Mereka dipekerjakan di lingkungan terbuka, misalnya di lingkungan pembangunan kubu-kubu pertahanan, jalan raya, lapangan udara. Pada awalnya, tenaga kerja dikerahkan di Pulau Jawa yang padat penduduknya, kemudian di kota-kota dibentuk barisan romusha sebagai sarana propaganda. Desa-desa diwajibkan untuk menyiapkan sejumlah tenaga romusha. Panitia pengerahan tersebut disebut Romukyokai , yang ada di setiap daerah Rakyat Indonesia yang menjadi romusha itu diperlakukan dengan tidak senonoh, tanpa mengenal perikemanusiaan. Mereka dipaksa bekerja sejak pagi hari sampai petang, tanpa makan dan pelayanan yang cukup. Padahal mereka melakukan pekerjaan kasar yang sangat memerlukan banyak asupan makanan dan istirahat. Mereka hanya dapat beristirahat pada malam hari. Kesehatan mereka tidak terurus. Tidak jarang di antara mereka jatuh sakit bahkan mati kelaparan. Untuk menutupi kekejamannya dan agar rakyat merasa tidak dirugikan, sejak tahun 1943, Jepang melancarkan kampanye dan propaganda untuk menarik rakyat agar mau berangkat bekerja sebagai romusha. Untuk mengambil hati rakyat, Jepang memberi julukan mereka yang menjadi romusha itu sebagai “Pejuang Ekonomi” atau “Pahlawan Pekerja”. Para romusha itu diibaratkan sebagai orang-orang yang sedang menunaikan tugas sucinya untuk memenangkan perang dalam Perang Asia Timur Raya. Pada periode itu sudah sekitar tenaga romusha dikirim ke luar Jawa. Bahkan sampai ke luar negeri seperti ke Birma, Muangthai, Vietnam, Serawak, dan Malaya. Sebagian besar dari mereka ada yang kembali ke daerah asal, ada yang tetap tinggal di tempat kerja, tetapi kebanyakan mereka mati di tempat kerja.
SoalPengerahan tenaga rakyat yang sangat menyengsarakan yang dilakukan pemerintah pendudukan Jepang disebut . . . .a. sekereib. oshamu seireic. romushad. rodiJawaban Romusha adalah kebijakan pengerahan tenaga kerja yang diberlakukan oleh pemerintah pendudukan Jepang pada masa Perang Dunia II di Indonesia. Kebijakan ini mengharuskan warga Indonesia untuk bekerja secara paksa di berbagai proyek pembangunan Jepang, seperti pembangunan jalan, pelabuhan, dan bandara. Selama bekerja, romusha diperlakukan secara sangat tidak manusiawi dan mengalami kondisi kerja yang sangat menyengsarakan, termasuk di antaranya adalah minimnya upah, kurangnya asupan makanan dan obat-obatan, serta berbagai tindakan kekerasan dan penyiksaan. Jumlah korban romusha diperkirakan mencapai ratusan ribu jiwa, dan menjadi salah satu trauma sejarah bagi rakyat Indonesia.
pengerahan tenaga rakyat yang sangat